Saya Selalu Mual Minum Kopi Dingin, Sampai Akhirnya Saya Bertemu Cold Brew

Saya Selalu Mual Minum Kopi Dingin, Sampai Akhirnya Saya Bertemu Cold Brew

Anda pernah merasakan ini? Antusias memesan es kopi susu kekinian, atau dengan semangat membuat kopi tubruk lalu menuangkan es batu ke dalamnya, hanya untuk merasakan sensasi tidak nyaman di perut sesaat setelahnya. Saya adalah salah satu korbannya. Perut terasa melilit, mual, dan ada rasa “ngatuk” yang membuat pengalaman ngopi jadi tidak menyenangkan. Selama bertahun-tahun, saya mengira lambung saya yang tidak cocok dengan kopi dingin. Sampai akhirnya, seorang kawan memperkenalkan saya pada secangkir (atau lebih tepatnya, segelas) cold brew. Dan segalanya berubah.

Ternyata, bukan kopi dinginnya yang salah, tapi cara kita membuatnya. Ada perbedaan fundamental antara kopi panas yang didinginkan (iced coffee) dan kopi yang diseduh dingin dari awal (cold brew). Rahasia mengapa cold brew tidak membuat mual terletak pada satu proses utama: ekstraksi.

Ekstraksi Panas vs. Dingin: Sebuah Perbedaan yang Signifikan

Bayangkan Anda sedang menyeduh teh. Air panas akan langsung mengeluarkan warna, aroma, dan rasa dengan cepat. Hal yang sama terjadi pada kopi.

Kopi Panas yang Didinginkan (Iced Coffee): Si Ekstraktor yang Agresif
Ketika air panas menyentuh bubuk kopi, ia bertindak sebagai ekstraktor yang sangat agresif. Dia menarik segalanya dengan cepat dan efisien: gula, kafein, minyak alami, serta senyawa asam (seperti chlorogenic acid) dan senyawa pahit (seperti tannin). Senyawa asam dan pahit inilah yang mudah larut dalam suhu tinggi.
Ketika kopi ini kemudian kita dinginkan, senyawa-senyawa tersebut tetap ada di dalam gelas. Kombinasi antara keasaman tinggi dan rasa pahit inilah yang seringkali “menyerang” lambung yang sensitif, menyebabkan rasa mual dan tidak nyaman. Aroma kopinya juga cenderung lebih tajam dan mudah menguap.

Cold Brew: Si Ekstraktor yang Sabar dan Lembut
Cold brew dibuat dengan merendam bubuk kopi kasar dalam air dingin selama 12-24 jam. Proses ini berlawanan total dengan seduhan panas. Air dingin adalah ekstraktor yang sangat sabar. Karena tidak ada energi panas, ia hanya menarik senyawa-senyawa yang mudah larut dalam kondisi dingin, yaitu: gula alami, kafein, dan rasa-rasa halus yang manis dan kompleks.
Senyawa asam dan pahit yang menjadi biang kerok rasa mual itu sebagian besar terkunci di dalam bubuk kopi dan ikut terbuang saat proses penyaringan. Hasilnya? Konsentrat kopi yang secara alami manis, halus, dan sangat rendah asam.

Bukti Ilmiah: Cold Brew Ramah Lambung

Ini bukan hanya sekadar perasaan atau sugesti. Penelitian, salah satunya dari Thomas Jefferson University, telah membuktikan bahwa cold brew memiliki tingkat keasaman (pH) yang lebih tinggi hingga 60-70% dibandingkan kopi panas. Artinya, cold brew lebih mendekati netral dan jauh lebih ramah bagi lambung Anda. Bagi mereka yang memiliki masalah maag atau GERD, cold brew seringkali menjadi satu-satunya pilihan untuk bisa menikmati kopi dingin tanpa rasa khawatir.

Profil Rasa yang“Menipu”

Anda mungkin berpikir, kopi yang diseduh dingin pasti hambar. Faktanya justru sebaliknya. Karena proses ekstraksi yang lembut, rasa “sejati” dari biji kopi lebih terjaga. Anda akan lebih mudah menangkap nuansa cokelat, kacang, atau bahkan rasa buah-buahan tanpa terganggu oleh rasa asam yang tajam di ujung lidah. Cold brew terasa naturally sweet, smooth, dan clean di tenggorokan. Aromanya pun lebih “bersih” dan tidak menusuk.

Kesimpulan: Sebuah Revolusi dalam Segelas Kopi

Pengalaman pribadi saya ini mungkin juga dialami oleh banyak orang. Cold brew bukan sekadar tren, tapi sebuah revolusi cara menikmati kopi. Ia membuka pintu bagi para “pecinta kopi yang tersiksa” karena lambungnya sensitif untuk akhirnya bisa menikmati sesi ngopi dingin yang menyenangkan dan bebas rasa bersalah.

Jadi, jika Anda selama ini menghindari kopi dingin karena alasan yang sama seperti saya, jangan menyerah. Cobalah segelas cold brew. Mungkin, seperti saya, Anda akan menemukan bahwa masalahnya bukanlah pada kopinya, tapi pada cara kita memperlakukannya.

Penulis adalah seorang penggemar kopi yang telah menemukan kedamaian bagi lambungnya berkat cold brew. Kini aktif bereksperimen dengan berbagai rasio dan biji kopi di dapurnya.

Roni Rustanto

Kapten Bogorkotaku & Konsultan Properti

Roni Rustanto, CPB

Memandu Anda menemukan rumah idaman di Bogor. Di sela waktunya, berbagi cerita dan inspirasi melalui tulisan tentang kopi di KabarKopi.com.

Related posts
Tutup
Tutup